Napak Tilas Perjalanan Sebutir Sel Darah Merah Selama 120 Hari Masa Hidupnya




Napak Tilas Perjalanan Sebutir Sel Darah Merah  Selama 120 Hari Masa Hidupnya



Saya sebutir sel darah merah. Saya lahir dan dibesarkan di sebuah desa bernama Sumsum Tulang Pipih. Nama kedua orang tua saya adalah Hati dan Limpa. Dari merekalah saya dibentuk.
Setelah dewasa, inti sel saya dihancurkan(mengalami reduksi). Dan saya merantau untuk mengikuti wajib militer dengan melalui suatu jalan pembuluh darah yang bernama Vena Cava menuju ke kota Alveoulus (jantung) bersama beberapa sel darah merah yang lebih tua dari saya. Mereka kelihatan lelah sehabis  melaksanakan tugas di medan perang. Disitulah saya berkenalan dengan seseorang yang ternyata satu tujuan bersama saya. Namanya Plasma.

Sebelumnya kami transit si kota Atrium Dekster, atau lebih tepatnya terletak di Serambi kanan kota Alveolus. Kemudian kami menuju Ventrikel Dekster(bilik kanan jantung) setelah melewati katup/gerbang yang sering disebut juga dengan Valvula Trikuspidalis. Dari situ, kami mendapat tugas untuk segera berangkat ke kota Pulmo(paru-paru) melewati jalur Arteri Pulmonalis, disana kami mensterilkan diri dari zat CO2 dan mengambil segala amunisi berupa O2 dan berangkat ke Atrium Sinister yang letaknya di serambi kiri Alveolus melewati jalur Vena Pulmonalis. Setelah melewati katup/gerbang Valvula Bikuspidalis, di kota Ventrikel Sinister kami dijelaskan tentang misi rahasia yang akan kami emban di medan peperangan.  

Setelah seluruh pasukan siap, kami pun berangkat melalui jalur Aorta dengan membawa sari-sari makanan dan oksigen (O2). Kami menyebar ke setiap titik lokasi peperangan dengan nama kode Tu6uh. Di sana ternyata ada banyak anggota pasukan yang telah kelelahan dan harus kembali ke markas, untuk itulah kami segera datang menggantikan mereka. Adapula beberapa dari kami yang harus pergi ke daerah-daerah pedalaman yang lebih sempit melalui jalur Pembuluh Kapiler. Di saat yang bersamaan sebagian pasukan ditugaskan untuk menjaga seluruh tempat di markas Alveolus dengan amunisi yang sama melalui jalur Arteri Koronaria. 

Kami ditemani dengan pasukan pelindung bernama Leukosit (sel darah putih) yang bertugas menghancurkan dan memakan musuh berupa parasit-parasit kecil seperti mikroba ataupun yang besar seperti Cacing. Mereka juga membentuk Antibodi yang dapat me”ngebal”kan setiap lokasi di tubuh. Adapula Trombosit (keping darah) yang akan segera menutup lokasi peperangan jika terjadi kebocoran.

Setelah cukup lama kami berperang, kami akhirnya mendapat perintah untuk kembali ke markas dengan membawa sisa-sisa metabolisme. Kami mengunakan jalur Vena Cava menuju ke Atrium Dekster. Kemudian kami berjalan ke Ventrikel Dekster.

Tak terasa semua ini berlangsung selama 120 hari masa hidup saya. Pada saat itu saya sudah usang dan tua, tentunya tidak efektif  lagi. Saya dipulangkan ke orang tua saya. Ibu saya mengambil Hemoglobin yang saya miliki dan diubah menjadi zat warna empedu (Blirublin) yang berwarna kehijau-hijauan. Sedangkan Zat Besi yang terdapat pada Hemoglobin yang saya miliki tidak ikut dikeluarkan, melainkan digunakan lagi untuk menghasilkan saya yang baru.

Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar